X
    Categories: Info

Cerpen: 10 Butir Beras Emas

Pada suatu hari, ada seorang pria yang bernama Anto, dia bersama kedua adik kembarnya, Anti dan Ansi. Mereka adalah anak yatim piatu, kedua orang tua mereka telah meningggal pada saat Anto berusia 15 tahun. Orang tuanya hanya meninggalkan sebuah rumah kecil, 2 sepeda kuno dan lahan yang luasnya hanya 5 meter di sebuah desa terpencil.
Anto adalah anak yang rajin. Pada saat orang tuanya meninggal, dia dengan sabar merawat adiknya yang baru berumur 10 tahun. Dia dikenal sebagai kakak yang baik dan penuh kesabaran dan kasih sayang ketika merawat adik-adiknya.
Suatu ketika, Anto mengajak Anti dan Ansi untuk keliling desa dengan sepeda-sepeda mereka. Diperjalanan mereka bertemu dengan seorang nenek tua yang sedang berjualan kue, mereka ingin untuk menolong nenek tersebut karena nenek tersebut kelihatannya sedang capek dan lelah.
Tiba-tiba Ansi berkata “Kak, ayo kita tolong nenek itu!”. Lalu Anto menjawab “baiklah, tapi kita mau menolong nenek itu dengan cara apa?”. Anti pun menjawab “Kenapa kita tidak membeli kue nenek itu saja?”. Ansi ikut memberi tanggapan “Oh ya, kasihan juga nenek itu harus berkeliling desa untuk menjual kue-kue itu sampai habis!”.

“Ya bang, kue-kue itu bisa kita makan malam nanti!” kata Anti lagi.
“Oh ya, nanti malam kita tidak perlu masak lagi!” ujar abangnya.
Lalu Anto mendatangi nenek itu dan bertanya. “Nek, kue ini harganya berapa?”
“Harganya 1 kue hanya 500 rupiah saja, Nak! Nak mau beli berapa?” Tanya nenek itu!.
“Saya mau beli 10, kira-kira harganya berapa?” tanya Anto.
“Tunggu ya, biar nenek hitung dulu!”
Sambil Anto menunggu nenek itu, Anto bertanya kepada nenek itu. “Nek, dari tadi pagi kue nenek sudah laku berapa banyak?”
“Belum ada yang laku, Nak, pelanggan pertama hari ini ya kamu!”
“Ooh, Nek jadi semuanya berapa?”
“Semuanya Rp. 5.000 rupiah. Terima kasih yaa nak! Sebagai tanda terima kasih nenek, nenek ingin memberi kamu 10 Butir beras emas ini pada mu, tanamlah beras ini atau kamu jual saja beras ini untuk kubutuhan hidupmu!” kata nenek itu.
“Saya mau beli 10, kira-kira harganya berapa?” tanya Anto.
“Tunggu ya, biar nenek hitung dulu!”
Sambil Anto menunggu nenek itu, Anto bertanya kepada nenek itu. “Nek, dari tadi pagi kue nenek sudah laku berapa banyak?”
“Belum ada yang laku, Nak, pelanggan pertama hari ini ya kamu!”
“Ooh, Nek jadi semuanya berapa?”
“Semuanya Rp. 5.000 rupiah. Terima kasih yaa nak! Sebagai tanda terima kasih nenek, nenek ingin memberi kamu 10 Butir beras emas ini pada mu, tanamlah beras ini atau kamu jual saja beras ini untuk kubutuhan hidupmu!” kata nenek itu.
“Terima kasih yaa, Nek.” Kata Anto

Sepulangnya Anto di rumah, Anto langsung pergi ke ladang untuk menanam butir-butir beras padi tersebut dan sisanya butir beras tadi Anto jual di toko emas dan mendapatkan banyak uang. Anehnya pada keesokan harinya, padi yang Anto tanam sepertinya telah tumbuh subur dan siap untuk dipanen, lalu Anto segera memanen padi tersebut dan segera menjual padi-padi itu. Anehnya beras tersebut berbeda dengan beras yang lain, beras lain warnanya pucat tetapi beras ini warnanya putih bersih sehingga beras-beras Anto laku dipasaran. Anto pulang dan membawa banyak uang. Ia memberi sebagian uang tersebut kepada adik-adiknya. Adik-adiknya sangat bersyukur dan beruntung telah menolong nenek itu dan mendapatkan 10 butir beras tadi. Setelah beberapa hari, Anti menjadi serakah dan ia berkata kepada abangnya. “Bang, berikan aku uang lagi!”
“Abang sudah memberikan uang itu sama rata kepada kalian berdua, kenapa sekarang kamu malah berkata begitu?” Tanya Anto.
“Anti selalu melihat uang Ansi lebih banyak dari pada saya!” ujar Anti
“Itu karena kamu terlalu boros memakai uang itu.” ucap Anto.
“Tidak Bang, abang tidak adil kepada saya, kenapa abang memberi uang yang lebih banyak kepada Ansi” bantah Anti dengan suara keras, lalu Anti pergi.
Tiba-tiba Ansi datang dan berkata “Bang, kenapa Anti merah-marah? apakah karena masalah uang tersebut. Biarkan Ansi pergi dan bicara dengan Anti!”
“Tidak perlu lagi, Ansi. Biarkan saja dia di sana!” perintah abangnya.
Lalu datanglah seorang nenek tua mendatangi Anti dan berkata “Nak, kenapa kamu duduk sendirian di sini? Ada masalah apa?”
“Tidak ada Nek, saya cuma merasa abang Anti lebih menyayangi saudara kembar Anti, Ansi. Abang Anti memberikan uang lebih kepada Ansi karena setiap kali Anti melihat uang milik Ansi, pasti uangnya lebih banyak dari pada uang Anti” Jawab Anti iri.
“Ooh, Nenek mengerti… mungkin saja kamu memakai uang itu terlalu boros sedangkan Ansi lebih menghargai uang itu. Abang kamu bukanlah lebih menyayangi Ansi tetapi kamu yang sering memboroskan uang makanya kalau kamu mau lebih dihargai janganlah sering mengghambur-hamburkan uang yang abang kamu berikan kepadamu.”
Setelah nenek menjelaskan semua itu kepada Anti, Anti berpikir dan memahami apa yang dikatakan nenek tersebut lalu Anti malihat nenek tersebut, tetapi anehnya nenek itu telah menghilang.
Anti pergi menemui Anto sambil menundukkan kepala dan meminta maaf kepada Anto, dan Anto pun memaafkan Anti. Tetapi Anto menyuruh Anti berjanji untuk tidak mengulangi kejadian tersebut dan Anti berjanji. Dan akhirnya mereka hidup dengan penuh kebahagiaan dan sering melakukan amal kebajikan kepada semua orang.

Sumber : Mading SMPS Kasih Maitreya Tahun 2018

Penyusun : Angelina Fransiska (Kelas VII-1 Free)
Editor : Novita Sari
Penerbit : SMPS Kasih Maitreya

Tulisan yang ditampilkan dalam artikel ini dilindungi ole undang-undang Hak Cipta. Dilarang menyalahgunakan/menggunakan/mencetak/menciplak seluruh isi atau sebagian, dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari pihak pembuat konten maupun dari pihak Sekolah Kasih Maitreya.

Sekolah Kasih Maitreya:
Related Post